Minggu, 25 September 2011

CINCIN ILALANG


Namaku Sari Savitri aku duduk dibangku SMA kelas 3 di kota kecil Jawa Timur. Ayah bekerja sebagai buruh tani upahan pada keluarga Rahardjo. Pak Po begitu saya memanggil Kakek Rahardjo yang merupakan pensiunan ABRI yang memiliki tanah yang luas. Sedangkan ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada keluarga tersebut. Pak Po sangat baik padaku karena beliau tidak memiliki cucu perempuan sehingga aku sudah dianggap sebagai cucunya sendiri. Berbeda dengan Ndoro Putri istri Pak Po yang tidak suka denganku tapi beliau tetap baik padaku. Kami tinggal di rumah belakang yang sederhana milik keluarga ini. Setiap pagi tugasku membantu ibu di dapur dan menyapu halaman rumah yang sangat luas dengan banyak ditumbuhi pohon mangga.Aku mulai mengayunkan sapu lidiku mengumpulkan setiap daun-daun mangga yang jatuh ketanah. Tiba2x langkahku terhenti ada bayangan yang membuat aku terkesiap...ada seseorang sudah ada di sampingku. “Sari...sapa laki-laki muda yang suaranya tidak asing bagiku. “I..iya mas Dedy..jawabku gugup.Aku menatap laki-laki itu dan tiba-tiba pipiku terasa memerah aku menunduk kembali. Karena kami berbeda derajat dia adalah cucu kesayangan keluarga Raharjo. Saat ini dia sedang menempuh pendidikan AKMIL (Akademi Militer)di kota Magelang.
“Apa kabar? Tanya mas dedy. “Baik mas” jawabku sambil tetap menunduk karena itu adalah ajaran ndoro putri yang harus di patuhi.Harus tetap menunduk jika ditanya majikan. “hei-hei santai aja...kenapa gugup begitu goda mas dedy.Aku tersipu malu...
“Nanti sehabis sarapan pagi antar aku jalan-jalan ke sawah yah....”mas Dedy meminta padaku. “Ta..tapi sa..saya takut ndoro putri marah. “Stt..telunjuknya menutup bibirku supaya aku diam dan merahasiakan rencana kami. Setelah selesai menyapu halaman aku menuju ke dapur untuk membantu ibu. Ibu memperhatikan gerak gerikku, ibu pasti merasa ada perubahan dalam diriku. “Sari tolong cuci sayuran itu nduk..Suruh ibuku. Karena aku melamun hampir aku tidak mendengarnya.” I..Iyah bu...” sahutku membuyarkan lamunanku. Aku mencuci bersih sayuran sesuai perintah ibu. Setelah selesai memasak Pecel ibu menyuruhku menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Aku menyiapkan sebakul nasi hangat, sepiring ayam goreng, sepiring tempe goreng, sayur sawi,bayam,kacang panjang serta toge yang sudah direbus serta rempeyek kacang tanah yaitu kerupuk dari adonan tepung terigu dengan kacang tanah sebagai pelengkapnya. Aku melirik ke ruang tengah kulihat mas dedy sedang memainkan gitar akustiknya sambil bernyanyi kecil. Sesaat mata kami berpapasan dia tersenyum ke arahku aku menunduk malu dan berlari ke dapur. Aku tidak dapat menyembunyikan senyumanku ketika tertangkap basah oleh ibuku. “Hayo ada apa kok senyum-senyum sendiri” goda ibuku.Aku tidak menjawab...
Aku menuju kamarku menghempaskan tubuhku di kasur usangku...pikiranku melayang jauuhhh...Hatiku berbunga-bunga rasanya melayang ke langit ke tujuh. Tapi hati kecilku berbicara” janganterlalu senang sari...derajatmu berbeda dengannya. Dia cucu majikanmu sedangkan kamu hanyalah anak pembantu. Kamu tidak boleh berharap terlalu banyak...
Kedatangan mas dedy sudah sangat aku nantikan akhir-akhir ini. Aku mencintainya secara diam-diam...semua gadis d idesaku selalu memperbincangkan laki-laki ini yang berperawakan tinggi, kulitnya putih, potongan rambut cepak dan sangat sopan terhadap siapapun. Karena setiap dia datang pasti banyak cewek-cewek yang datang mencariku sebagai alasan agar bisa bertemu mas Dedy. Seperti Desy yang bertubuh subur anak Pak Wiryo yang kegenitan setiap mas dedy datang...Hufft.Walaupu dia jelek tapi bapaknya kan tuan tanah yang terkenal juga di desaku. Pastilah sangat memiliki peluang besar untuk mendapat restu ndoro putri.” Hufft..seandainya saja aku anak orang kaya............
Aku membuka jendela kamarku yang langsung berhubungan dengan jalan kecil arah menuju ke sawah. Kebetulan hari ini hari minggu jadi aku tidak terburu-buru harus ke sekolah. Aku melihat pukul 8.00 kenapa mas dedy belum tampak juga yahhh...tubuhku panas dingin...jantungku berdebar...perutku terasa mulas sekali walau aku tidak diare... rasanya sesak sekali dadaku nafasku terasa berat...keringat dingin membasahi tubuhku. Aku memandang ke cermin yang ada di almari pakaian yang telah retak sebagian. Kusisir rambutku yanglurus panjang hitam terurai... aku memandang wajahku...wajahku lumayan cantik..tubuhku porposional...kulitku putih sama seperti kulit ibuku walaupun tanpa polesan bedak. Alisku tertata rapi walapun aku tidakpernah merapikan di salon.Hidungku juga mancung seperti hidung bapak sedangkan bibirku juga merah dadu walaupun tanpa pulasan lipstik. Sempurna.....aku bergumam....
Kembali kulongokkan kepalaku melewati jendela...darahku terasa berhenti mengalir...tubuhku terasa lebih hangat dari sebelumnya . Setelah kulihat sosok mas dedy tengah berdiri di dekat pohon belimbing yang tumbuh di samping rumahku. Aku bergegas menghampirinya...dia tersenyum menatapku...”Maaf ya Sari lama nunggunya tadi eyang putri minta pijitin”kata mas dedy menjelaskan sambil tertawa.” Ah...tidak apa2x mas,” jawabku. Sambil kaki kami melangkah menyusuri jalan setapak menuju ke sawah milik kakeknya...Sepertii biasa mas dedy selalu membawa kamera tele...karena dia sangat suka memotret objek-objek alam pedesaan.Ini sih gak seberapa dibanding menunggumu kapan kembali ke sini...tanpa ada kepastian...hanya aku sering menguping pembicaran ndoro putri kalo sedang telphone dengan orang tua mas dedy, Tiba..tiba kaki terantuk batu dan hampir jatuh... .”Hati-hati ..Sari...Teriak mas Dedy untung tangannya begitu cekatan menarik tanganku sehingga tubuhku tertahan untuk terjatuh. Akhirnya kami tertawa bersama....
Menyusuri pematang sawah sambil merentangkan kedua tanganku adalah prosesi yang indah..seolah-olah adegan Kate Winslet dan Leonardo de caprio di film Titanic. Kulihat mas Dedy sedang mengambil foto belalang yang hinggap di daun padi... kemudian di mendahului berjalan di depanku dan menyuruhku merentangkan tanganku dan dia mengambil fotoku...berkali-kali sambil mengarahkan pose-pose yang alami...Angin pagi yang berhembus menyebabkan sebagian rambutku menutupi wajahku . Dan dia melarangku merapikan. “ Biarkan rambutmu ditata oleh angin..”teriaknya. Dia memicingkan matanya menfokuskan ke wajahku... “haha..haha aku tertawa....”kayak foto model aja mas”selorohku...”Kamu lebih dari seorang foto model ..Sari kecantikanmu alami ” teriaknya sambil mengacungkan jempolnya. Dia sempat menunjukkan hasilnya dari menu review.. Ah cantik juga yah aku..hihihi aku tertawa dalam hati. Rok putih selututku dan beground hamparan padi bak permadani hijau serta langit pagi hari yang cerah terasa sangat kontras dan memanjakan mata..
Akhirnya sampai juga kami pada pondok bambu yang sengaja di buat bapakku untuk beristirahat. Dari kejauhan kulihat bapak sedang menyiangi gulma. Aku berteriak memanggilnya. “ Bapakkkkkkkkkkkkk”teriakku... “ Hei..sahut bapak keluar dari lumpur sawah dan menghampiri kami. “ Eh ..den Bagus kapan datang “tanya bapak kepada mas Dedy. “Tadi Malam Pak” Jawab mas dedy.
“Masih lamakah pendidikanya den...”Tanya Bapak. “ masih Kurang 2 tahun lagi pak..jawabnya.Kutinggalkan mereka berdua, aku menuruni pematang sawah menuju sungai kecil yang mengalirkan air yang jernih hingga batu-batunya terlihat jelas...dulu sungai ini adalah tempat favorit kami...sering kami menemukan udang air tawar yang bersembunyi di balik batu..kemudian kami membakarnya dengan menggunakan daun bambu yang telah mengering. Dan memakanya walau dengan aroma sangit yang sangat pekat..kemudian dilanjutkan dengan mandi di sungai ini. Waktu kecil mas Dedy dihabiskan tinggal di desa ini bersama kakek neneknya .kira-kira kelas 3 SMP dia ikut orang tuanya ke Jakarta karena bapaknya orang pangkat di militer dan pindah sekolah ke Jakarta.
Aku tau mas Dedy tidak akan melewatkan ke sungai ini... Karena aku lihat dia menuju kesungai ini. “kenapa sungainya jadi kecil gini yah Sar... tanya dia kepadaku. “Bukan jadi kecil ..kita aja yang jadi besar...hahahha,”jawabku. “Ternyata pinter juga kamu sekarang....,”goda mas dedy sambil mencubit pipiku.... “ Aduh sakit tau....,”pekikku..”Ha..ha..ha kami tertawa bersama. Tak lupa objek aliran sungai dan diriku yang duduk di batu besar menjadi objek bidikan kameranya...Kamipun bermain-main air mengulang masa indah waktu masa kecil dulu.Rasanya kekakuan kami selama ini telah lenyap bersama aliran sungai ini. Kami berpamitan kepada bapak yang masih asik membersikan tanaman padi dari gulma. “Iyah ..cepet pulang nanti ndoro putri marah”bapak mengingatkan kepada kami. “ pak..pulang dulu ya...jawabku. Mendengar nama Ndoro Putri ngeriii juga rasanya. Majikan seorang priyayi jawa dengan sanggul ,kebaya dan jarit yang semakin mengokokohkan status sosial kebangsawananya. Berbeda dengan Pak Poh ..yang memang berasal dari orang kebanyakan. Aku tahu ada kegusaran pada raut muka bapak. Bapak pasti kuatir aku jatuh cinta dan terluka...
“Ayo ke pohon besar...” ajak mas dedy..”Pulang aja yuk mas..jawabku dengan cemas. “Ayolah kalo eyang putri marah biar aku yang menanggungnya nanti”bujuk mas dedy. Aku mengangguk tanda menyetujuinya. Akhirnya kami sampai pada padang ilalang dan pohon trembesi besar yang usianya entah berapa tahun. Sepertinya waktu kami masih kecil pohon ini pun sudah sebesar ini. Kami duduk di bawahnya angin sepoi-sepoi menerpa tubuh kami. Kami saling bercerita tentang segala hal...masa kecil dulu..sekolah dia..sekolahku..sambil kulihat tangan mas Dedy menganyam beberapa ilalang membuat sesuatu menyerupai cincin berjumlah sepasang. Satu berukuran besar dan satu berukuran kecil... setelah selesai dia ngambil bunga liar kecil bentuknya seperti krisan berwarna putih kemudian menyisipkan pada tengah-tengah cincin yang berukuran kecil menyerupai permata pada cincin ilalang. “ Sari...”dia memanggilku sambil menggengam jemariku. Suaranya bergetar berbeda dengan sebelumnya...” iyah...”jawabku dengan perasaan yang berkecambuk. Apa yg akan dia lakukan aku semakin gugup dibuatnya. “Aku mencintaimu sari....”katanya. Aku masih terpana antara percaya dan tidak.”Apakah kamu mau menjadi kekasihku dan mau menungguku sampai selesai pendidikan”tanya dia lagi. Aku hanya mengangguk tanpa ada kata-kata lain yang bisa kuucapkan. Kemudian dia memakaikan cincin ilalang itu di jari manisku. Dan dia menyuruhku memakaikan cincin ilalang satunya yang tanpa bunga. Kemudian kami berhadapan dia mengecup keningku..”tunggu aku yah...aku pasti kembali dan menganti cincin ilalang ini dengan cincin pernikahan” Katanya itu adalah kata terindah seumur hidupku. “Kita rahasikan cinta ini sampai waktu yang tepat, jangan ada surat, telphone,sms ataupun email kita hilangkan perananan teknologi.” Biarkan cinta kita mengasah hati kecil kita untuk peka...dan mengerti apa itu.... CINTA....
Waktu terus bergulir...Satu tahun kemudian...aku selalu menghitung hari demi hari sampailah di bulan yang sama. Aku berharap dia akan datang...ternyata tidak...aku sedih sekali...kulihat cincin ilalang di kotak kayu telah mengering...telah menyusut kalau aku pakai menjadi lebih longgar. bunga kecil yang menjadi permatnya telah rontok kelopak dan mahkotanya... Apakah cintanya juga telah hilang...
Aku menangis... aku sedih...aku terluka sendiri...karena cinta ini juga harus tetap menjadi rahasia. Aku berusaha mencari tahu tentang kedatangan mas Dedy dari pembicaraan pak Po..Ndoro putri..hasilnya nol besar. ‘
Aku melanjutkan studiku di AKPER ( Akademi Perawat)aku memang bercita-cita menjadi perawat. Pak Po yang membiayai pendidikanku. Waktu bergulir dengan cepat seiring pendidkanku selesai. Aku menjadi perawat di RSAD di kotaku. Ditempat kerjaku banyak yang meliriku ingin menjadikanku kekasihnya. Ada dokter Irwan yang terlihat memberikan perhatian lebih padaku tetapi tetap aku tolak dengan halus. Demikian juga dengan Tanto temanku di AKPER yang tanpa lelah ingin mendapatkan cintaku harus gigit jari dengan penolakannku.Aku masih ingin setia ..aku masih ingin menanti ..aku masih ingin menunggu.
Dua Tahun kemudian....
Aku masih tetap setia , menunggu,menanti dalam ketidakpastian dan dalam keputusasaan...Ditambah selentingan Ndoro putri pernah terlibat percakapan dengan tante Ida adek dari ayah mas dedy. pada saat mengantar teh di ruang tamu.“Dedy katanya sudah dilirik menjadi mantu jenderal teman kang masmu”cerita Ndoro Putri kepada tante Ida. “Wah beruntung sekali dedy mau lulus udah ada yang mengantri..hahaha “tante Ida tertawa. Cerita itu terasa menusuk jantungku dan melukai hatiku. Telingaku terasa panas...pelupuk mataku terasa hangat...aku sediihhhh....
Aku berlari...menangis tersedu di kamarku. Ibu tergopoh-gopoh menyusulku ke kamar. “ Ada apa to Nduk “tanya Ibuku. Aku menangis sejadi-jadinya dalam pelukannya, akhirnya aku bercerita tentang semuanya kepada ibuku. “Oalah..Nduk kamu harus sadar siapa kita..siapa den bagus..kita ini hanya orang kecil..bisa makan dan tinggal di rumah kecil ini aja sudah besyukur....,”Ibu menasehatiku. Demikian juga bapak menghiburkan” Anggap saja cincin ilaliang adalah cinta yang hilang. Lupakan den bagus...cari sendiri cinta sejatimu.Kami berpelukan bertiga....walaupun orang tuaku tidak memiliki pendidikan tinggi tapi mereka guru terhebat dalam kehidupanku...membuat aku mengerti apa arti hidup sebenarnya.
Aku mendengar cerita dari Pak Po bahwa mas dedy sudah selesai pendidikanya,dan akan datang besok. Semalaman aku tidak bisa tidur...esok hari adalah hari penentuan... ingin rasanya malam ini cepat berlalu...tapi kadang aku juga ingin lebih lama agar aku lebih siap dengan segala kemungkinan. Keluarga besar Rahadjo telah berkumpul ...Aku dan Ibu sibuk mempersiapkan pesta untuk menyambut kedatangan cucu kesayangan yang telah di wisuda dan selesai pendidikan militernya...Kulihat mobil sedan honda jazz warna putih memasuki halaman samping. Mas dedy keluar dari mobil dia memakai pakaian militer atasan biru muda dan bawahan warna putih lengkap dengan atributnya. Dia terlihat sangat gagah ...laki-laki yang selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpi indah dalam penantianku. Aku mencuri pandang dari kerumunan keluarga.. Tiba-tiba darahku terasa mendidih kulihat ada wanita cantik keluar dari mobil itu..pakaiannya sangat modis plus kacamata besar seperti kacamata kuda. Terlihat sedikit angkuh..Kulitnya putih..bibirnya mengunakan lipstik merah menyala.ingin rasanya aku cakar mukanya, kujambak rambutnya kugigit telinganya (....kayak mike tyson ketika melawan Evander Holyfeld). Tapi siapa aku....apa hakku terhadap semua itu. Kulihat mas Dedy tersenyum kearahku...dia melihatku. Tapi kemudian sibuk bersalaman dengan anggota keluarga dan bercerita di ruang keluarga. Dia tidak mencariku...dia tidak menghiraukanku dia tidak menjelaskan apapun...bahkan dia tidak menarik tanganku ke padang ilalang itu. Terasa getir....terasa perih...Aku berlari..sekencang-kencangnya menuju pohon besar itu. Aku menangis sejadi-jadinya....Buat apa pengorbanku selama ini..buat apa aku simpan cincin ilalang ini. Tubuhku terasa lemas tak bertenaga.. Tiba-tiba aku merasa ada tangan yang memegang pundakku ...kemudian berbisik ditelingaku ”Terima kasih masih mencintaiku....”Terima kasih masih setia menungguku...
Aku balikkan badanku, aku hafal siapa pemilik suara itu....dia adalah laki-laki yang kucintai dan selalu berharap di setiap detik tuk bertemu denganya.Kami berpelukan dan dia mengganti cicin ilalang di jari manisku dengan cincin pertunangan. Walaupun Ndoro putri sempat jatuh sakit karena cinta kami ..tapi karena kesabaranku dan ketelatenanku merawatnya meluluhkan hatinya juga. Akhirnya kami menikah dan hidup bahagia . Cincin ilalang kami masih tersimpan sampai hari ini di kotak perhiasan kayu....
(2 Agustus 2011 - 3 Agustus 2011, selesai 18:00-0:50 WIB...By Ophien)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar